Barong Ider Bumi
24 April 2023
10:00 - 15:00
Desa Kemiren
Kec. Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
Lihat Peta
Gratis/Free
Masyarakat Setempat
Suku Osing adalah masyarakat asli Banyuwangi yang mempunyai budaya serta tradisi yang khas. Salah satunya ialah tradisi Ider Bumi yang digelar untuk merayakan Idul Fitri. Tradisi ini terutama masih dilakukan secara turun-temurun di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Tradisi ini biasayanya digelar dua hari setelah Idul Fitri sebagai ritual tolak bala. Dalam pemaknaannya, kata “Ider” berarti berkeliling atau ke mana-mana, dan kata “Bumi” berarti jagat atau tempat berpijak. Dari arti dua kata “Ider Bumi” bermakna “mengelilingi tempat berpijak”.
Tradisi itu dimulai sejak sekitra tahun 1800-an. Desa Kemiren saat itu terserang pageblug atau dalam Bahasa Osing disebut blindeng, yang mana peristiwa itu menjadi momok menakutkan bagi masyarakat sekitar. Bencana tersebut menyebabkan sawah diserang hama dan juga kematian sejumlah warga. Lewat peristiwa itu, sesepuh desa mengadakan ziarah ke makam Buyut Cili. Dari sana konon mereka mendapatkan wangsit lewat mimpi.
Wangsit tersebut konon meminta warga desa mengharuskan mengadakan ritual upacara selamatan dan arak-arakan. Dalam upacaranya, masyarakat setempat akan mengarak sesosok barong mengelilingi desa dari Timur ke Barat. Barong dianggap sebagai raja arwah dan simbolisasi kebaikan. Pengarakan tersebut dimaknai sebagai cara mengusir kejahatan. Sementara pemilihan arah arak-arakan diadaptasi dari budaya Islam di mana Barat merupakah arah kiblat.
Urutan arak-arakan biasanya diawali dengan sepasang Macan-macanan, disusul Pitik-pitikan (ayam-ayaman) dan diikuti di belakangnya penampil barong yang menari diiringi musik di belakangnya.
Di belakang barong, ada seorang Modin yang mengikuti sambil menabur sesajen. Sementara para ibu menggendong Bokor Kuningan Sesaji serta kelompok Jebeng-Tulik atau muda-mudi Osing yang berbusana khas Banyuwangi. Kemudian disusul pembawa Tumpeng, kelompok Jaran Kecak, penabuh rebana, dan jajaran aparat desa. Sementara, di urutan paling buntut ada kelompok Musik Kuntulan serta masyarakat desa lainnya yang ikut memeriahkan arak-arakan.
Setelah arak-arakkan berakhir, barulah warga memulai ritual selametan. Dimulai dengan pembacaan doa dalam bahasa Osing dan Arab, kemudian ditutup dengan acara makan bersama dengan makanan khas masyarkaat Osing, yaitu Pecel Pithik.
Disclaimer
Perubahan tanggal, pembatalan acara dapat terjadi dan bukan tanggung jawab dari Spektakel.id
Mari bergabung bersama kami berkontribusi memajukan seni budaya Indonesia. Kirimkan data kegiatan di sekitarmu ke kontak@spektakel.id
Kirim Info Kegiatan