Logo Spektakel

Dukutan

Dukutan
© Dari berbagai sumber

9 Mei 2023
09:00 - 15:00

Dukuh Nglurah
Tawangmangu, Karanganyar
Lihat Peta

Gratis/Free

Masyarakat Setempat

Di Dukuh Nglurah, terdapat suatu tradisi upacara bersih desa yang bernama Dukutan. Tradisi ini merupakan kegiatan rutin yang sudah lama dilakukan oleh warga Dukuh Nglurah. Kini, tradisi Dukutan sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Penetapan ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. 

Kata Dukutan berasal dari kata ‘dukut’, merupakan salah satu nama dari wuku Jawa yang berjumlah 28. Dukutan dilaksanakan tiap 6 lapan (1 lapan = 35 hari) atau 7 bulan sekali, tepatnya pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut. Penetapan ini didasarkan pada legenda setempat tentang wuku Dukut yang dipercaya sebagai hari pernikahan para leluhur Dukuh Nglurah, yaitu Kyai Menggung dari Nglurah Lor (Utara) dan Nyai Rasa Putih dari Nglurah Kidul (Selatan). 

Konon kedua leluhur masyarakat Nglurah itu dulunya adalah musuh yang sama saktinya dan saling berseteru. Perseteruan tersebut juga melibatkan warga di kedua bagian desa sehingga sering terjadi tawuran antara warga Nglurah Utara dan Selatan. Namun, seiring waktu keduanya malah saling jatuh cinta dan akhirnya menikah sehingga mempersatukan Dukuh Nglurah.

Maka, lahirlah tradisi Dukutan untuk memperingati peristiwa tersebut. Di masa modern, tradisi Dukutan berpusat di Candi Menggung yang dikeramatkan masyarakat setempat. Upacara dimulai para tetua adat yang mendoakan sesaji di arca lingga dan yoni yang berada di candi. Kemudian, acara puncak pun dimulai: Tawur Agung. 

Acara puncak ini menggambarkan pertarungan antara kedua kubu Desa Nglurah sebelum pernikahan Kyai Menggung dan Nyai Rasa Putih. Sederet laki-laki terpilih yang berpakaian layaknya prajurit menjalani Tawur Agung dengan memeluk pincuk daun pisang berisi peluru-peluru berupa sesaji yang sudah diremas-remas untuk kemudian dilempar kepada warga yang hadir sambil mengelilingi bagian dalam komplek Situs Menggung. Prosesi Tawur Agung terus berlangsung sampai acara makan bersama dimulai.

Biasanya, tumpeng nasi jagung dengan lauk tempe bakar disuguhkan beserta dengan sajian Gandik, makanan olahan jagung putih lokal yang direndam, ditumbuk, dan dicampur gula. Selain itu adalah Punar (sajian lain dari jagung), Botok, dan Ares. 

Selagi di Karanganyar, Anda juga dapat berkunjung ke destinasi wisata lainnya, seperti Candi Cetho, Candi Sukuh dan Agrowisata Sundokoro yang merupakan bekas pabrik gula Colomadu pada tahun 1961. Fasilitas yang tersedia di Sundokoro ialah kolam renang, flying fox, waterboom, perahu ayun dan lain sebagainya. Kalian juga bisa menyantap sate kelinci yang merupakan salah satu sate paling populer di Karanganyar.

Disclaimer

Perubahan tanggal, pembatalan acara dapat terjadi dan bukan tanggung jawab dari Spektakel.id

Mari bergabung bersama kami berkontribusi memajukan seni budaya Indonesia. Kirimkan data kegiatan di sekitarmu ke kontak@spektakel.id

Kirim Info Kegiatan