Festival Ronthek Pacitan 2025

Festival Ronthek 2025 akan kembali digelar di Pacitan, Jawa Timur, sebagai bentuk pelestarian budaya lokal yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2014. Kata "ronthek" berasal dari gabungan kata ronda (patroli malam) dan the-thek (bunyi alat musik bambu). Awalnya, ronthek merupakan tradisi ronda malam warga dengan iringan bunyi bambu thek-thek, terutama saat membangunkan sahur selama bulan Ramadan.

Ada dua versi asal-usul tradisi ronthek. Versi pertama menyebutnya sebagai warisan kegiatan keamanan kampung oleh warga ronda. Versi kedua lebih bersifat mitologis, mengisahkan perseteruan antara Ki Ageng Petung dan Ki Ageng Posong dalam menentukan siapa yang pertama datang ke wilayah Wengker Kidul (sekarang Pacitan). Untuk membuktikannya, Ki Ageng Petung menancapkan bambu kuning sebagai penanda, sedangkan Ki Ageng Posong membawa pohon kelapa yang kemudian terbukti baru dipindahkan. Kisah ini ditengahi oleh Syekh Maulana Maghribi, tokoh penyebar Islam yang diyakini sebagai orang pertama menciptakan the-thek sebagai alat dakwah.

Festival Ronthek kini menjadi ajang kreativitas kolektif. Kelompok-kelompok warga menampilkan pertunjukan musik bambu keliling kota dalam formasi arak-arakan malam hari yang meriah. Bunyi thek-thek tidak hanya menghidupkan suasana, tetapi juga merekatkan nilai kebersamaan, sejarah, dan spiritualitas dalam kehidupan masyarakat Pacitan.