Solo Keroncong Festival 2025

Solo Keroncong Festival 2025 kembali digelar di Surakarta, Jawa Tengah, sebagai bentuk pelestarian dan pengembangan musik keroncong. Festival ini menjadi wadah berkumpulnya musisi lintas generasi, sekaligus ajang edukasi bagi publik, khususnya generasi muda, untuk mengenal lebih dalam tentang keroncong. Dengan berbagai program pertunjukan, lokakarya, hingga diskusi, festival ini menghidupkan kembali semangat keroncong sebagai musik yang dinamis dan relevan dengan zaman.

Musik keroncong berasal dari perpaduan alat musik ukulele dengan teknik permainan arpeggio (rasqueado) yang menghasilkan bunyi khas “crong-crong”. Pertama kali berkembang di Kampung Tugu, Batavia abad ke-17, musik ini menyebar ke berbagai daerah dan mencapai puncaknya di Surakarta. Keroncong Surakarta memiliki ciri khas kuat berkat pengaruh budaya lokal, khususnya dalam bentuk langgam Jawa—repertoar yang menggunakan lirik dan tangga nada khas Jawa, berpadu dengan gaya vokal cengkok dan gregel yang khas.

Peran studio Lokananta (didirikan 1956) dan organisasi HAMKRI mendorong perkembangan keroncong di Surakarta sejak 1960-an. Orkes ternama seperti Cendrawasih, Cempaka Putih, dan Mawar Sekuntum, serta nama legendaris seperti Waldjinah dan Gesang, memperkuat posisi Surakarta sebagai pusat keroncong nasional. Kini, lebih dari 60 kelompok orkes aktif di lima kecamatan Solo, menjadikan kota ini sebagai rumah besar musik keroncong.