Wahyu Kliyu adalah upacara tolak bala yang diselenggarakan oleh Masyarakat Karanganyar, khususnya di Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Karanganyar, di lereng Gunung Lawu. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Ki Renggo Wijoyo yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Desa Dukuh atau sekarang dikenal sebagai Kepala Dusun.
Tradisi ini bermula dari pagebluk yang menimpa Dusun Kendal pada masa Ki Renggo Wijoyo. Pada masa itu, dusun dilanda musim paceklik dan berbagai penyakit yang menyebabkan warganya meninggal. Sampai suatu hari Ki Renggo Wijoyo mendapat nasihat dari Pengageng Keraton Solo untuk melakukan dzikir tengah malam sebanyak 344 kali dengan mengucap “Ya hayyu ya qoyumuu,” didahulukan ‘Bismillah’. Nama Wahyu Kliyu sendiri muncul karena pelafalan masyarakat Jawa pada waktu itu yang kagok berbahasa Arab.
Agar tidak salah menghitungnya, Pengageng Keraton Solo menyarankan untuk membuat sodokan apem sebanyak 344 buah setiap kepala keluarga, meskipun besarnya hanya sebesar uang gobang. Kemudian lemparkan apem tersebut satu per satu ke hamparan daun pisang sembari berdzikir pada setiap purnama di bulan Sura. Setelah selesai kue apem kembali ditutup dengan daun pisang dan dibagikan secara merata ke semua warga.
Maka jadilah, prosesi Wahyu Kliyu digelar setiap tanggal 15 Sura bertepatan dengan bulan purnama. Selain sebagai tolak bala, upacara adat ini juga menjadi sarana syukuran masyarakat setempat.
Secara tradisional, upacara ini hanya bisa diikuti oleh kaum laki-laki. Sementara perempuan tidak bisa terlibat selain sebagai penonton. Hingga hari ini pun masyarakat Dusun Kendal percaya apabila alpa melakukan Wahyu Kliyu, pagebluk akan kembali melanda dusun mereka.
Disclaimer
Perubahan tanggal, pembatalan acara dapat terjadi dan bukan tanggung jawab dari Spektakel.id
Mari bergabung bersama kami berkontribusi memajukan seni budaya Indonesia. Kirimkan data kegiatan di sekitarmu ke kontak@spektakel.id
Kirim Info Kegiatan