Logo Spektakel

Home > Sorotan > Kegiatan Budaya >

Festival Mbok Sri 2023: Kalis Ing Rubedo Nir Ing Sambikalo

Festival Mbok Sri 2023: Kalis Ing Rubedo Nir Ing Sambikalo

Festival yang sejak awal dibuat untuk merayakan budaya agraria di Delanggu, Klaten - Jawa Tengah. Melibatkan masyarakat desa Delanggu, baik sebagai pengisi serta penyelenggara festival. Dulunya festival ini bernama Festival Mbok Sri Mulih yang per tahun ini, kata "mulih" dihilangkan karena Mbok Sri sudah tiba di rumahnya dan masyarakat desa Delanggu bermufakat untuk menjaga dan merawat Mbok Sri agar betah di rumah.

"Kalis Ing Rubedo Nir Ing Sambikalo" atau "Sehat Serta Tidak Ada Halangan", menjadi tema festival tahun ini. Meruwat ekosistem pertanian – sebagai usaha penghidupan manusia yang bergantung pada pemuliaan tanah dan air, tidak hanya bagi petani namun juga bagi ketahanan pangan negara, selain sebagai ritual, bisa pula diwujudkan dalam upaya nyata untuk membangkitkan kesadaran merawat Bumi.

Festival tahun ini diselenggarakan 28-29 September, berpusat di area persawahan Dukuh Kebonsari, Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. 

Program festival yang bernuansa lokal, akan memberikan para pengunjung pengalaman yang otentik. Malam Midodareni Petani Delanggu Ber-Sholawat, akan mngulas makna "Merti Bumi" dari perspektif agama serta relevansi diperlukannya meruwat kondisi pertanian saat ini bersama ulama dan budayawan yang dekat dengan budaya masyarakat Jawa dengan diiringi Kesenian Hadroh Sholawat.

Kemudian program "Kirab Mbok Sri" menampilkan iring-iringan masyarakat Desa Delanggu dengan atribut bertema “Mbok Sri Meruwat Bumi”, menampilkan Mbok Sri. Kirab diakhiri dengan aksi teatrikal di lokasi utama festival dengan iringan musik agraris.

Ada pula "Jagongan Tani", acara bincang-bincang yang melibatkan kelompok-kelompok tani Desa Delanggu dan narasumber yang kompeten untuk membahas Program Pertanian yang digagas Sanggar Rojolele. Dalam Jagongan Tani ini, Sanggar Rojolele juga akan memaparkan capaian kerja-kerja advokasi tani yang telah dilakukan sepanjang setahun ke belakang. Jagongan Tani juga akan mengundang Prof. Hwang dari mitra Internasional College of Management National Pingtung University of Science and Technology (NPUST) Taiwan dalam rangka kerja sama antara Sanggar Rojolele dan Sekolah Vokasi Agribisnis UNS Surakarta.

Dalam program "Nandur Banyu" atau menanam air adalah kegiatan merawat sumber mata air yang mengaliri sawah-sawah di Desa Delanggu yang bersumber dari Gunung Merapi, serta menjaga tali silaturahim dengan para sedulur banyu di hulu. Dalam kegiatan ini, perwakilan petani Desa Delanggu akan menanam sejumlah pohon di bantaran sungai Sub-Das Pusur sebagai upaya menekan abrasi dinding sungai Pusur yang menjadi Sub-Das utama Irigasi Teknis Petani di Delanggu.

"Dapur Simbok" memberikan panggung kepada kaum ibu Desa Delanggu sebagai penjaga tiang kemaslahatan keluarga dan masyarakat untuk mempertunjukkan kebolehan mereka dalam mengolah makanan berbahan dasar beras Rojolele Delanggu. Kegiatan ini bekerja sama dengan Prodi Agribisnis Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret dan dilengkapi dengan lokakarya pengemasan makanan olahan.

Festival ini juga diramaikan oleh hiburan Jathilan Agraris di area persawahan Dukuh Kebonsari, sebagai rangkaian Hari Tani Nasional tahun 2023.

Sanggar Rojolele selaku inisiator dan tim utama penyelenggara, secara konsisten dan mandiri mengupayakan Festival Mbok Sri terus berjalan. Eksan Hartanto selaku pendiri Sanggar Rojolele menjabarkan berbagai usahanya bersama para punggawa sanggar untuk mengumpulkan dana penyelenggaraan.

"Pastinya dana penyelenggaraan selalu menjadi tantangan bagi kami, tetapi yang sama pentingnya adalah menjaga kebersamaaan dan kekompakan masyarakat Delanggu dalam menyelenggarakan festival. Berbagai bentuk dukungan mereka berikan, semampunya. Saya pikir itu nilainya tidak terhingga", tutur Eksan.

Seperti halnya mayoritas festival di Indonesia, Festival Mbok Sri tidak imun dari perkara finansial. Sanggar Rojolele melakukan berbagai siasat dalam mengumpulkan dana secara mandiri. Mulai dari jualan hasil panen kebun hingga membuat kerajinan. Usaha mendapatkan sponsor lokal dilakukan walau hasilnya tak seberapa, begitu pula dukungan dana dari pemerintah setempat yang tidak bisa dijadikan pegangan.

Sebagai usaha menjaga media komunikasi warga Desa Delanggu, festival Mbok Sri bukan sekadar perayaan namun juga momen pendidikan berkelanjutan terkait isu-isu agraris dari berbagai aspek. Melalui festival ini, Sanggar Rojolele mengajak seluruh warga Desa Delanggu untuk menggali potensi-potensi alam, sosial, budaya, serta sumber daya manusia sebagai metode membangun peta jalan pengembangan ekosistem agraris.