29–30 Agustus lalu, Spektakel bersama Luze Studio sebagai delegasi Indonesia, diundang untuk menghadiri sekaligus presentasi di Cebu Creative Entertainment Business Forum (CEB Forum). Acara ini diinisiasi oleh Cebu Chamber of Commerce & Industry, menghadirkan pembicara dari Asia Tenggara serta Jepang dengan latar belakang beragam—mulai dari animasi, game, investasi, musik, hingga teknologi imersif.
Cebu tampak dari udara. "Beda satu jam, seperti Jakarta dengan Bali." Begitulah lintasan pikiran saat pesawat mendarat di Cebu. Dekat secara waktu, dekat pula secara rasa. Sumber: Spektakel.
Cebu Creative Entertainment Business Forum (CEB Forum)
Forum ini menjadi ruang pertemuan antara pelaku industri kreatif di Kawasan Asia Tenggara dan Jepang. Mulai dari asosiasi animasi Filipina, pengembang game, investor bisnis kreatif, hingga pelaku budaya lintas negara.
CEB Forum membicarakan hal-hal yang dekat dengan kami: bagaimana menghubungkan industri kreatif dengan pasar, bagaimana mengembangkan IP lokal agar punya daya saing regional, serta bagaimana teknologi baru dapat menjadi jembatan masa depan.
Bagi Spektakel, forum ini terasa seperti ruang pantulan—di mana isu-isu yang biasa kami bicarakan di Indonesia, ternyata juga relevan di Cebu, Manila, bahkan Singapura dan Tokyo. Ada energi yang sama, ada tantangan yang serupa.
Spektakel berbagi panggung dengan Dimitri Josephine dari Luze Studio dan Anderson Tan dari Anderson Management Capital dalam sesi “Strategic Insights” yang membahas arah masa depan industri kreatif di Asia Tenggara. Sumber: Cebu Chamber of Commerce & Industry.
Sejarah Cebu
Cebu dikenal sebagai “Queen City of the South”, sebuah kota yang sejak lama menjadi pintu masuk dan keluar perdagangan di Filipina. Pada abad ke-16, Cebu adalah titik kontak pertama kolonialisme Spanyol, dan sejak itu posisinya menjadi strategis dalam perkembangan ekonomi, politik, dan budaya Filipina.
Relasinya dengan Manila tak bisa dipisahkan. Manila tumbuh sebagai pusat pemerintahan, sementara Cebu menjaga identitasnya sebagai simpul perdagangan dan budaya di bagian selatan. Keduanya saling melengkapi—Manila sebagai pusat administratif, Cebu sebagai pusat konektivitas regional.
"Cebu, Queen City of the South. Kota pelabuhan yang sejak lama menjadi pintu masuk perdagangan, kini juga tumbuh sebagai simpul industri kreatif di Filipina." Sumber: Wikipedia.
Di era modern, Cebu juga menjadi rumah bagi pelabuhan internasional terbesar kedua setelah Manila. Tak heran jika arus barang, orang, dan gagasan terus bergerak di kota ini.
Dan yang menarik, meskipun berada di bawah bayang-bayang Manila, Cebu justru menjaga karakter independennya: kosmopolitan, berjiwa wirausaha, namun tetap lekat dengan budaya lokal.
Industri Kreatif Cebu dan Filipina Hari Ini
Industri kreatif di Cebu dan Filipina tengah bergerak mencari ruang baru. Pertama, animasi dan gim menjadi sektor paling progresif, didorong oleh asosiasi seperti ACPI (Animation Council of the Philippines) dan GDAP (Game Developers Association of the Philippines). Filipina telah lama dikenal sebagai pusat outsourcing animasi, tetapi kini mulai melangkah untuk menciptakan IP sendiri.
Kedua, sektor musik dan pertunjukan hidup berkembang lewat festival lokal dan skena independen yang semakin menggeliat. Ada kemiripan dengan kota-kota Indonesia, di mana energi anak muda menjadi motor penggerak.
Ketiga, pemerintah Filipina mulai melihat industri kreatif sebagai zona ekonomi baru, bagian dari strategi diversifikasi di luar BPO (Business Process Outsourcing) yang selama ini mendominasi.
Ikuko Kogiso dari Creative Minds LLC membawakan keynote tentang bagaimana Asia Tenggara dan Jepang bisa bekerja sama dalam industri kreatif. Sumber: Cebu Chamber of Commerce & Industry.
Keempat, Cebu menempatkan diri sebagai “hub kedua” setelah Manila—lebih kecil tetapi lebih gesit, lebih dekat dengan jaringan Asia Tenggara, dan dengan biaya produksi yang lebih rendah.
Kelima, sama seperti Indonesia, ekosistem ini masih mencari bentuk: bagaimana mendistribusikan karya ke pasar regional, bagaimana memperkuat jejaring antarnegara, dan bagaimana menghubungkan industri dengan investasi yang berkelanjutan.
Jembatan yang Harus Dibangun
Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Filipina, pada dasarnya adalah kawasan yang saling bercermin satu sama lain.
Kita sama-sama memiliki demografi muda, budaya populer yang dinamis, serta pasar C yang dominan. Kita juga sama-sama mencintai musik yang sentimentil, drama televisi yang melodramatis, dan estetika hiburan yang penuh warna.
Namun, jembatan yang benar-benar menghubungkan kita masih tipis. Konten sering kali melompat ke Jepang, Eropa, atau Amerika Serikat sebelum kembali ke kawasan sendiri. Padahal jarak antara Jakarta dan Cebu tak lebih jauh daripada Jakarta ke Maluku.
Di sinilah pentingnya membangun jembatan kreatif: distribusi konten yang lebih langsung, co-production lintas negara, hingga IP bersama yang bisa berkeliling Asia Tenggara dengan mudah.
Karena jika pasar kita mirip, nilai emosinya sama, dan kebutuhannya sejalan—kenapa tidak kita saling berbagi pasar?
Apa yang Spektakel Presentasikan
Dalam sesi Showcase: Southeast Asian Entertainment Industry, Spektakel membawakan gagasan:
- Bahwa Asia Tenggara berbagi akar budaya yang sama.
- Bahwa pasar C di Indonesia terikat erat dengan estetika Dangdut—bukan hanya sebagai musik, tapi gaya visual dan emosional yang meresap ke TV drama, film, hingga panggung hiburan.
- Bahwa memproduksi konten untuk pasar C Indonesia otomatis membuka akses ke pasar C Asia Tenggara.
Kami mencontohkan: sebuah serial live-action dengan gaya melodrama Indonesia bisa dengan mudah diterima di Filipina dan Malaysia. Sebuah animasi berbasis folklor regional bisa berkeliling Asia Tenggara tanpa banyak adaptasi.
Respon audiens di Cebu positif. Banyak yang terkejut ketika kami menyoroti Dangdut sebagai estetika yang punya potensi transnasional. Banyak pula yang setuju bahwa pasar C Asia Tenggara adalah peluang emas yang belum digarap maksimal.
Bagi kami, itu menjadi sebuah pengakuan bahwa gagasan Spektakel relevan bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan.
Co-founder Spektakel, Dimas Jayasrana, membawakan presentasi “Building the Bridge: Shared Roots & Creative Futures Across Southeast Asia”. Sumber: Cebu Chamber of Commerce & Industry.
Kemudian Apa?
Apakah kita bisa membangun jaringan produksi antara Jakarta, Cebu? Apakah kita bisa saling bertukar musisi, animator, dan penulis naskah? Apakah kita bisa membuat IP bersama yang benar-benar berputar di pasar Asia Tenggara sebelum pergi ke dunia?
Kami percaya jawabannya: bisa. Karena kedekatan kita bukan hanya geografi, tetapi juga sejarah, budaya, bahkan selera pasar.
Spektakel pulang dari Cebu dengan semangat baru. Semangat bahwa membangun jembatan antara Indonesia dan Filipina bukanlah mimpi jauh—ia ada di depan mata, hanya menunggu kita untuk menyeberanginya bersama.
Suasana hangat di welcome dinner: pertemuan lintas negara yang cair, penuh cerita, dan menjadi awal jembatan kolaborasi baru. Sumber: Cebu Chamber of Commerce & Industry.
Kesan dari Cebu
Di luar ruang presentasi dan diskusi formal, Cebu meninggalkan kesan yang begitu hangat bagi Spektakel. Keramahan para organizer membuat kami merasa diterima bukan sebagai tamu asing, melainkan sebagai bagian dari komunitas.
Yang menarik, meskipun banyak pembicara baru pertama kali saling bertemu, keakraban tercipta secara spontan. Obrolan ringan di sela sesi, tawa yang muncul tanpa basa-basi, dan semangat untuk saling mendukung memberi suasana yang cair dan akrab.
Keakraban yang spontan: para pembicara dan peserta CEB Forum menikmati malam di Cebu, dengan tawa dan cerita yang melintasi batas negara. Sumber: Luze Studio.
Lebih dari itu, keterbukaan dalam berbagi pengetahuan terasa begitu nyata. Para pembicara dan peserta tidak hanya ingin menunjukkan pencapaian masing-masing, tetapi benar-benar ingin mendengar, belajar, dan menemukan cara untuk bekerja bersama.
Semua itu meninggalkan kesan mendalam bagi Spektakel: bahwa Cebu bukan hanya tempat pertemuan industri kreatif, tetapi juga ruang perjumpaan manusia—di mana kehangatan, keakraban, dan rasa ingin tahu tumbuh bersama-sama.