Logo Spektakel

Home > Sorotan > Kegiatan Budaya >

Pacu Jawi; Balap Sapi Masyarakat Minang

Pacu Jawi; Balap Sapi Masyarakat Minang

Teks: Redaksi
Foto: Don Hasman

Pacu Jawi; Balap Sapi Masyarakat Minang

Berbeda dengan Karapan Sapi di Madura, Pacu Jawi dilaksanakan di lahan sawah sehabis panen. Sebelum Jawi diperlombakan, ada rangkaian tradisi yang dijalankan. Jawi biasanya terlebih dahulu didandani, dipakaikan baju dan suntiang. Jawi kemudian diarak ke arena, diiringi para ibu yang membawa berbagai makanan. Sebelum lomba dimulai, pemuka adat memimpin doa dan seluruh warga makan bersama.

Pacu Jawi atau Balap Sapi adalah hajatan para petani dan masyarakat Tanah Datar seusai musim panen sebagai hiburan atau pengisi waktu bagi warga setempat hingga sawah siap kembali ditanami. Kekhasan Pacu Jawi adalah area yang digunakan berupa sawah pasca panen yang sengaja diairi. Berbeda dengan Karapan Sapi di Madura di mana peserta saling berlomba memacu sapi, pemenang dalam Pacu Jawi adalah siapa yang bisa mengendalikan dua ekor sapi bersamaan hingga berjalan lurus dan tidak terlempar dari arena.
 
Sebelum Jawi diperlombakan, ada rangkaian tradisi yang dijalankan. Jawi biasanya terlebih dahulu didandani, dipakaikan baju dan suntiang. Jawi kemudian diarak ke arena, diiringi para ibu yang membawa berbagai makanan. Sebelum lomba dimulai, pemuka adat memimpin doa dan seluruh warga makan bersama.

Diiringi alunan alat musik tradisional Minang; saluang, talempong dan gendang, Pacu Jawi menjadi atraksi yang memikat sekaligus menegangkan. Para joki dibekali alat bajak pacu dari bambu sebagai alat berpijak sewaktu perlombaan dimulai. Alat tersebut adalah peralatan petani untuk membajak sawah. Saat mengendalikan sapi, joki berusaha untuk menggigit ekor sapi agar semakin kencang larinya sambil terus mempertahankan keharmonisan laju kedua sapi.



Teknis penentuan pemenang dalam Pacu Jawi mengandung filosofi hidup manusia pun diibaratkan sebaik-baiknya adalah selurus jalan sapi tersebut dan bahwa pemimpin dan rakyat seharusnya bisa berjalan seiring seirama. 



Pacu Jawi memiliki nilai ekonomis bagi petani setempat. Selain sapi-sapi pemenang akan ditawar dengan harga tinggi dan menjadi nafkah tambahan bagi para petani, warga setempat memanfaatkan tradisi ini untuk membuka pasar rakyat di mana tersedia beragam kuliner khas Minang.

Tanah Datar dari Bandara Minangkabau dapat ditempuh dengan bus jurusan Padang-Solok atau Padang-Bukittinggi. Pacu Jawi digelar di empat kecamatan; Pariangan, Rambatan, Lima Kaum dan Sungai Tarab.