Logo Spektakel

Home > Sorotan > Kegiatan Budaya >

Tradisi Perang Suku di Baliem

Tradisi Perang Suku di Baliem

Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Menurut antropolog, perang suku di Lembah Baliem lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh, lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh.

Festival Budaya Lembah Baliem adalah ajang penampilan seni dan budaya masyarakat Pegunungan  Tengah dengan pertunjukan utama “Atraksi Perang Suku” yang diangkat dari tradisi adu kekuatan antar klan dan sub-klan Dani, Lani dan Yali. Tradisi ini awalnya merupakan upaya menjaga kelincahan dan kesiapan pasukan perang untuk mempertahankan desa mereka.

Pada festival ini kita bisa melihat simulasi perang serta pertunjukan tari dan musik tradisional serta panahan dan lempar tombak. Festival dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku atau penyerbuan ladang yang baru dibuka.



Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang  tewas. Menurut antropolog, perang suku di Lembah Baliem lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh, lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur dan anak panah. Dalam peperangan, orang yang terluka segera dibawa keluar arena perang.



Festival dimeriahkan dengan ritual Bakar Batu, yaitu teknik memasak daging dan sayur mayur dengan batu-batu yang telah dipanaskan dengan cara dibakar dan dimasukkan ke dalam tanah, aksi teatrikal, karapan babi, permainan tradisional sikoko dan puradaan serta kuliner khas Lembah Baliem. Digelar selama 3 hari setiap bulan Agustus sebelum perayaan hari kemerdekaan RI, Festival Lembah Baliem juga menjadi ajang pameran produk ekonomi kreatif daerah seperti sali, rok dari rumput atau serat pakis yang dikenakan oleh kaum perempuan, noken atau tas tali anyaman, juga kopi Wamena yang telah mendunia.



Untuk sampai ke Lembah Baliem, Anda dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta, Surabaya atau Manado menuju bandara utama Provinsi Papua yaitu Bandara Sentani. Setiba di Bandara Sentani, teruskan perjalanan dengan pesawat menuju Wamena, Ibukota Kabupaten Jayawijaya. Di Wamena, hotel dan kendaraan sangat terbatas, terlebih saat festival berlangsung. Sebaiknya Anda memesan hotel jauh hari atau mengikuti trip yang diorganisasi secara kolektif. Festival berlangsung selama 3 hari. Hadirlah saat pembukaan di hari pertama karena di saat itulah suasana paling meriah. Jangan lupa membawa kamera Anda untuk mengabadikan atraksi perang, tarian dan musik serta keindahan alam Lembah Baliem.