Logo Spektakel

Home > Ini Indonesia >

Dariah Sang Lengger Lanang Legendaris

Dariah Sang Lengger Lanang Legendaris

Teks & Foto oleh: Cahyo Prihantoro

Dariah Sang Lengger Lanang Legendaris

Dari rumahnya di tepi Sungai Serayu, Dariah menggumam tembang sembari membuka plastik kresek hitam, berisikan kebaya hijau, sampur merah, serta perhiasan yang ia simpan puluhan tahun. Sekali lagi, ia ingin menari.

Sadam, bocah laki-laki yang lahir di Desa Somakaton, Banyumas, tak lama setelah peristiwa Kongres Pemuda, tidak seperti kawan-kawan sepermainannya. Ia sangat suka menyinden dan melagukan tembang Jawa. Di kemudian hari, Sadam akan menjelma menjadi seorang penari lengger lanang legendaris bernama Dariah.

Seorang pengelana bernama Kaki Danabau konon berkata kepada kakek Sadam, “Wirya, kae putumu si Sadam tah kadunungan indhang lengger, angger gelem sinau bisa dadi lengger sing misuwur.” (Wirya, cucumu si Sadam dirasuki indhang lengger. Kalau mau belajar, bisa jadi lengger yang terkenal).

Sadam/Dariah kecil berkelana, menelurusi jalan tanpa arah. Suatu hari di daerah Bukateja, Sadam sempat diberi minum oleh warga dan tanpa sadar, akhirnya ia tiba di Panembahan Ronggeng; tempat bersemedi bagi yang menginginkan dirinya menjadi Ronggeng atau Lengger, yang bertempat di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.

Merasa mendapatkan ketenangan di sana, Sadam pun memutuskan untuk menjadi lengger. Setibanya di Purwokerto, anak pasangan petani Kartameja dan Samini ini pun membeli perlengkapan penari lengger: gelung brosong, kemben, sampur, dan kain. Seorang dukun lengger kemudian menamainya Dariah.

Hingga jelang tahun 1965, pamor Dariah membahana ke segala penjuru. Konflik '65 meredupkan cahaya Dariah, ketika banyak pelaku seni tradisi dituduh sebagai antek PKI. Walau begitu, Dariah tidak pernah surut. Tahun 2011, Dariah menerima anugerah kategori Maestro Seniman Tradisional yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dariah tutup usia pada tanggal 12 Februari 2018 di umur 98 tahun. Dari rumahnya di tepi Sungai Serayu, Dariah menggumam tembang sembari membuka plastik kresek hitam, berisikan kebaya hijau, sampur merah, serta perhiasan yang ia simpan puluhan tahun. Sekali lagi, ia ingin menari.

“Nyong pengin akeh bocah njoget lengger.” (Saya ingin lihat banyak anak menari lengger). “Saya hanya bisa mengajari, tidak kuat yang lain,” ujar Dariah sambil sesekali mengedip, menahan titik air di sudut mata keriputnya.

Dariah adalah simbol militansi kesenian rakyat yang mulai terkikis zaman. Baginya, lengger lanang adalah kesenian adiluhung yang sarat makna filosofis kehidupan manusia.