Logo Spektakel

Home > Sorotan > Kegiatan Budaya >

Manene, Tradisi Menyapa Leluhur

Manene, Tradisi Menyapa Leluhur

Ritual Manene sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan waktu pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan bersama keluarga dan tetua adat melalui musyawarah desa. Ritual disepakati digelar tiga tahun sekali di masing-masing desa ataupun klan masyarakat Toraja, dengan pertimbangan agar keluarga yang di perantauan bisa hadir mengikuti prosesi sekaligus bertemu orang tua dan keluarga besar di kampung halaman.

Tiap tiga tahun sekali, masyarakat di sekitar pegunungan Sesan menggelar Manene yaitu prosesi adat mengganti pakaian jasad leluhur sebagai simbol kasih dan penghormatan kepada yang telah berpulang sekaligus harapan agar arwah leluhur menjaga mereka dari gangguan jahat, hama tanaman dan kesialan hidup.

Diawali dengan berkunjung ke pekuburan yang disebut Patane di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, peti-peti mati para leluhur, tokoh dan orang tua diletakkan di arena upacara. Sebelum membuka pintu kuburan Patane dan mengangkat peti mayat untuk dibersihkan, tetua adat yang disebut Ne’ Tomina Lumba, terlebih dulu membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno.

Ia memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam hingga panen berlimpah. Pihak keluarga lalu membersihkan dengan kuas dan mengganti pakaian lama mayat leluhur yang tersimpan dalam keadaan utuh di dalam peti. Usai berganti baju, sang mayat akan diarak berjalan kembali ke daerah pekuburan.

Usai mengganti pakaian mayat leluhur dan arak-arakan, masyarakat berkumpul mengikuti acara makan bersama. Makanan yang dihidangkan adalah sumbangan dari tiap keluarga keturunan leluhur yang melaksanakan kegiatan prosesi adat Manene. Setelah santap malam bersama, acara dilanjutkan dengan tradisi Sisemba atau malam keakraban antara keluarga perantau dengan yang menetap di kampung halaman.



Ritual Manene sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan waktu pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan bersama keluarga dan tetua adat melalui musyawarah desa. Ritual disepakati digelar tiga tahun sekali di masing-masing desa ataupun klan masyarakat Toraja, dengan pertimbangan agar keluarga yang di perantauan bisa hadir mengikuti prosesi sekaligus bertemu orang tua dan keluarga besar di kampung halaman.

Untuk menuju Toraja dari Makassar yang berjarak 300 KM, Anda bisa menggunakan penerbangan, bus atau dengan memanfaatkan layanan agen perjalanan yang mudah ditemui di Bandara Hasanuddin, Makassar. Untuk jalur udara, Anda bisa menghubungi Express Air Makassar dengan jadwal penerbangan dua kali dalam seminggu. Untuk jalur darat, ada beragam operator bus dengan jadwal keberangkatan lima kali dalam sehari atau bisa juga dengan menyewa kendaraan.